Sabtu, 15 November 2014
"Hole"
Indonesia adalah negara yang kaya dengan budayanya. Dan setiap buaya - budaya yang di miliki mempunyai ciri khas tersendiri. Kebudayaan meliputi segala segi dan aspek dari hidup kita sebagai
makhluk sosial. Karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang berbudaya,
manusia hidup dalam budaya, ia berkembang dalam kebudayaan dan akan terus
mewariskan kebudayaan. Oleh karena itulah kebudayaan memiliki peranan yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Secara lebih singkat dan lebih luas
kebudayaan merupakan hasil karya dan cipta karsa manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya agar mampu bertahan dalam lingkungan sosial maupun
lingkungan alam dimana ia hidup. Kebudayaan berupa nilai-nilai, kepercayaan,
ilmu pengetahuan, kesenian, hukum, moral, teknologi, adat istiadat dan segala
kemampuan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat (Diktat Agama dan Budaya Samuel Patty).
Begitu
juga dengan pulau Sabu. Pulau sabu adalah pulau yang ada di Propinsi
Nusa Tenggara Timur yang sat ini telah menjadi kabuten. Masyarakat Sabu sampai dengan
saat ini juga begitu mempertahankan warisan kebudayaan yang wariskan oleh para
leluhurnya. Kebudayaan begitu sangat mempengaruhi kehidupan sosial mereka .
Masyarakat Sabu menganut agama asli Jingitiu
sebelum agama Kristen masuk ke pulau Sabu. Orang Sabu mempunyai suatu konsep
dasar tentang kepercayaan terhadap agama suku Jingitiu. Jingitiu merupakan agama suku orang
Sabu, yang dibangun atas konsep dasar akan adanya Zat Ilahi yang disapa sebagai Deo Ama Asal dari segala sesuatu atau Deo Woro Deo Pennji (Tuhan Pencipta Semesta
Alam); suatu oknum Ilahi Yang Maha Tinggi, yang menjadi asal pangkal dari alam
semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya (Riwu Kaho, Orang Sabu dan budayanya). Hole merupakan salah satu ritual adat dari masyarakat sabu khususnya bagi orang - orang yang beragama suku Sabu. Hole merupakan istilah atau sebutan yang dipakai oleh orang Sabu dalam ritual
pengantaran panen pada bulan Banga Liwu (bulan purnama) hari ke 5-
sampai ke-8 setelah purnama, yaitu antara pertengahan April sampai pertengahan
Mei, yang dianggap baik dan membawa keuntungan, kegembiraan serta
kesejahteraan (Biro Humas Setda Propinsi NTT, Hole Ritual Budaya Masyarakat Sabu; Kupang 2004, 29) Upacara hole sebagai ungkapan syukur masyarakat merupakan
wujud bakti semua orang yang ada di
pulau Sabu terhadap jasa dari para leluhur yang telah memberikan kehidupan bagi
mereka. Hole
adalah salah satu upacara yang sakral dalam budaya orang Sabu. Hole adalah
“upeti” atau “bala” yang di kirim keluar
dari pulau Sabu lewat perahu Hole (Mapiga
Laga) untuk mengirimkan upeti yang berupa ketupat-ketupat yang didalamnya
berisi padi, sorgum, kacang hijau, kelapa, serta sepotong kayu dadap yang
biasanya dipakai untuk menenun, juga kayu cendana dan biji kopra. Bukan hanya
tumbuhan saja tetapi ada beberapa hewan yang di masukan juga dalam perahu hole yaitu kambing, ayam, dan anak
anjing.
Persembahan
yang diberikan berupa hasil panen mereka tersebut kemudian di hantarkan
kelaut sebagai penolak bala agar mereka terhindar dari bencana, sakit
penyakit serta mereka memiliki hasil yang baik pada saat peen yang akan
datang. Bagi mereka hole mengandung nilai solidaritas
sosial dengan alam dan sesama manusia, untuk menghargai dan
mempertahankan
budaya yang merupakan jati diri mereka yang merupakan warisan leluhur.
Hole
menjadi salah satu ritual untuk mempererat tali persaudaraan dan
persatuan. Mereka akan berbondong - bondong menyaksiakan dan mengikuti
upacara ritual tersebut baik itu orang tua, muda, anak kecil maupun dari
semua segi lapisan masarakat.
Langganan:
Postingan (Atom)